TUGAS MAKALAH
MANAJEMENT PEMASARAN SYARI’AH
“PERENCANAAN PRODUK”
KELOMPOK IV
Ø LUSIANA
Ø SARI YATI
Ø KURNIAWATI
Ø MELKY GUSLOW
Ø RIFA ATUL JAMILAH
DOSEN PEMBIMBING
ERWIN FEBRIYANSYAH. SE, M.Ak
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Desain produk merupakan hal yang
sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk yang baik akan dapat
meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat meningkatkan
keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan
produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya
dibidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya.
Desain produk yang baik, harus
memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek produk,
yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya
segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam
desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa
hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam
mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi
dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk,
dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium),
Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP).
B.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Pengertian Perencanaan Produk
B.
Tujuan Dan Fungsi Rencana Produksi
C.
Proses
Perencanaan Produk
D.
Karakteristik
Perencanaan Produksi
E.
Langkah-Langkah
Perencanaan Produksi
F.
Menetapkan
Skala Produksi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PERENCANAAN PRODUK
Perencanaan produk adalah proses
menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke
pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk
gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan,
distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan
manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung
jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian desain saja, melainkan
merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan.
Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta
spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup baik, karena dengan
berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima
oleh customer menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang
berorientasi laba, usaha pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat
diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit
untuk dinilai secara cepat dan langsung.
Terdapat 5 dimensi spesifik
yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha
pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan
dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas
produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga
yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat
bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk.
Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada
volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu
Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan
perusahaan dalam berkompetisi,
menunjukkan daya tanggap perusahaan
terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan
perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim
pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya
merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk
mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan
asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk dengan
lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru
atau yang sudah ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan
teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan
manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan
produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan
dan pendistribusian produk tersebut.
B. TUJUAN DAN FUNGSI RENCANA PRODUKSI
1.
Tujuan rencana produksi
Meminimalkan biaya / memaksimalkan laba
Memaksimalkan layanan nasabah
Meminimalkan investasi inventaris
Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi
Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja
Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan
2.
Fungsi rencana produksi
Fungsi
dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana
strategis perusahaan
Sebagai alat
ukur performansi proses perencanaan produksi
Menjamin
kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
Memonitor
hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.
Mengatur
persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis
Mengarahkan
penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.
Tujuan
dan Fungsi Perencanaan Meramalkan
permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari
waktu. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan
permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi
penyimpangan. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku
yang akan dibeli. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis, Menetapkan
kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu. Memonitor tingkat
persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi
rencana produksi pada saat yang ditentukan. Membuat jadwal produksi, penugasan,
serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci
C. PROSES PERENCANAAN PRODUK
Rencana produk mengidentifikasi portofolio produk-produk
yang dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses perencanaan
mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk, yang diidentifikasi oleh banyak
sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim
pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat
mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu
rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
1.
Mengidentifikasi peluang
Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe
proyek pengembangan produk, yaitu:
a.
Produk baru
b. Turunan dari produk yang sudah ada.
c. Perbaikan produk yang sudah ada.
d. Produk yang pada dasarnya baru.
Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara:
a. Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah
ada.
b. Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.
c. Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis.
d. Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan
dalam gaya idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang produk ada dan
peluang-peluang kategori produk baru.
2.
Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi
dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang
sudah ada adalah:
a.
Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan
pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini
digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan melakukan diskusi pada
tingkat manajemen merupakan sebuah kompetensi strategi dan membantu dalam
bersaing. Beberapa strategi yang mungkin untuk diterapkan:
a) Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.
b)
Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.
c)
Fokus pelanggan.
d)
Produk tiruan.
b.
Segmentasi pasar
Pembagian pasar
ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan
tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan
kelompok pelanggan yang jelas. Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri
dalam segmen-segmen akan membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk
yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan dan yang memanfaatkan kelemahan
dari penawaran pesaing.
c.
Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan
perencanaanyang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar
yang baru dalam lini produk.
d.
Perencanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi
dalam sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi
turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang setiap produk
memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama.
Keputusan mengenai platform produk sangat berkaitan
dengan usaha pengembangan produk dari perusahaan dan untuk memutuskan mengenai
teknologi mana yang akan digunakan untuk produk baru.
Satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan
teknologi dengan perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur
teknologi merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan
masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang dipertimbangkan.
e. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang produk baru
secara fundamental adalah:
a) Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).
b) Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun).
c) Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan
kekuatannya).
d)
Pengetahuan perusahaan mengenai pasar.
e)
Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi.
f) Kesesuaian dengan produk perusahaan lain.
g)
Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.
f.
Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan
Metode
penyeimbang portofolio akan melibatkan pemetaan portofolio sesuai dengan
dimensi-dimensi yang berguna, sehingga manajer akan mempertimbangkan implikasi
dari keputusan perencanaan. Pendekatan
pemetaan yang dikemukakan Cooper et al (1998) melibatkan dimensi seperti resiko
teknis, pengembalian finansial, daya tarik pasar dan sebagainya.
3.
Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
a.
Pengelolaan sumber daya
Perencanaan
agregat akan membantu perusahaan dalam penggunaan sumber daya secara efisien
dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan untuk diselesaikan berdasarkan
sumber daya yang dianggarkan.
b.
Penentuan waktu proyek
Penentuan waktu dan urutan proyek harus mempertimbangkan
faktor-faktor:
a)
Penentuan waktu pengenalan produk.
b)
Kesiapan teknologi.
c)
Kesiapan pasar.
d)
Persaingan dalam penawaran produk.
4.
Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
Tahap ini
dilakukan setelah proyek disetujui, tetapi sebelum sumber daya penting
digunakan. Kegiatan ini melibatkan tim fungsional silang yang disebut tim inti.
Pada poin ini pernyataan kesempatan yang lebih sesegera
mungkin ditulis kembali sebagai suatu pernyataan visi produk.
Sasaran yang terdefinisi dalam pernyataan visi produk
kadang sangatlah umum. Untuk memberikan petunjuk yang jelas bagi organisasi
pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih
detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim
pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat dalam suatu
pernyataan misi.
a.
Pernyataan misi
Pernyataan misi
mencakup:
a) Uraian
produk ringkas, mencakup
manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk
secara spesifik.
b) Sasaran
utama bisnis, mencakup
waktu, biaya dan kualitas.
c) Pasar
target untuk produk, mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan.
d) Asumsi
dan batasan, untuk mengarahkan usaha pengembangan.
e)
Stakeholder,
untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar
secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk. Daftar stakeholder
dimulai
dari pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan-keputusan
tentang produk. Daftar stakeholder menyediakan
suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangakn kebutuhan setiap konsumen.
b.
Asumsi dan batasan
Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan teknis
dari produk lebih terarah. Permasalahan yang perlu
dipertimbangkan dalam menyatakan asumsi dan batasan:
a) Manufaktur,
mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan batasan operasional manufaktur.
b) Pelayanan, Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan sangat
menentukan keberhasilan perusahaan, sehingga perusahaan perlu menyatakan
sasaran strategis untuk tingkat-tingkat kualitas pelayanan.
c)
Lingkungan, Sasarannya adalah bahwa seluruh
komponen akan
dimanufaktur kembali atau didaur ulang atau keduanya Sehingga seharusnya tidak
ada komponen yang dibuang pelanggan.
c.
Penentuan staf dan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan lain.
5.
Merefleksikan hasil dengan proses
Langkah terakhir
dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa
pertanyaan untuk memperlirakan kualitas hasil dan proses.
Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim
pengembangan, suatu reality check harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan.
Langkah awal ini merupakan waktu untuk perbaikan.
D.
KARAKTERISTIK PERENCANAAN PRODUKSI
Agar
perusahaan lebih focus terhadap seluruh tingkat produksi, maka perencanaan
produksi dapat diklasifikasikan dalam kelompok produk atau famili (agregat). Mengingat
satuan unit yang dipakai dalam perencanaan produksi sangat bervariasi,
bergantung dari jenis produk seperti : ton, liter, kubik, jam mesin atau jam
orang. Jika satuan unit sudah ditetapkan, maka faktor konversi harus ditetapkan
sebagai alat komunikasi dengan deperatemen lainnya (seperti departemen
pemasaran dan akuntansi). Selanjutnya satuan unit harus dikonversikan dalam
bentuk satuan rupiah. Disamping itu, satuan unit juga sangat diperlukan untuk
menterjemahkan perencanaan produksi ke jadwal produksi induk produksi.
Perencanaan
produksi mempunyai waktu perencanaan yang cukup panjang; biasanya 5 tahun.
Rencana ini digunakan untuk perencanaan sumber daya seperti penambahan karyawan
atau pengadaan alat produksi.
Proses
peramalan dapat memberikan informasi mengenai besarnya permintaan produk untuk
menunjang penyusunan rencana produksi. Dengan demikian, jastifikasi permintaan produk
dari hasil peramalan dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki.
Pada dasarnya perencanaan produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan
menjadi rencana produksi yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal rencana
produksi.
E. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PRODUKSI.
Dari
penelitian yang dilakukan baik terhadap proses produksi maupun terhadap produk
yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah tindak-lanjut penelitian dan
pengembangan dengan tahapan :
a) Mencari gagasan, yaitu tahapan
dalam mencari gagasan-gagaan baru dalam rangka pengembangan produk. Gagasan ini
dapat berasal dari pasar/konsumen, teknologi yang ada atau digunakan dan dari
pihak ketiga atau para ahli.
b) Seleksi produk, yaitu tahapan
untuk memilih gagasan-gagasan yang masuk atau yang terbaik berkaitan dengan
pengembangan produk, sehingga gagasan yang dimanfaatkan adalah gagasan-gagasan
yang tidak akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Ada tiga alat yang
digunakan untuk menguji pengembangan gagasan, yaitu:
1)
Kelayakan finansial.
Melalui alat yang dinamakan Project Value Index, maka dapat diketahui
tentang tingkat kelayanan financial dalam mewujudkan gagasan. Project Value Index ini menggunakan
formulasi Return on Investment (ROI)
sebagai berikut:
Pt x Pc x AV x p x L PM
ROI = ------------------------- atau ROI
= ------ x 100%
TDC TC
Keterangan:
· Pt : Technical probability atau kemungkinan
keberhasilan teknik
(0 ≤ Pt ≤ 1)
· Pc : Commercial probability atau kemungkinan
keberhasilan komersial (0 ≤ Pc ≤ 1)
· AV : Annual volume, yakni total penjualan
produk dalam unit/tahun
· p : Profit, yaitu laba yang diperoleh per
unit = Hasil – biaya (Revenue – cost)
· L : Life, yaitu waktu kehidupan/tahun
· TDC : Total development cost, yaitu jumlah
seluruh biaya pengembangan produk.
· PM : Profit margin, yaitu margin laba yang
diproyeksikan atau tingkat laba yang diinginkan.
· TC : Total cost, yaitu total biaya
pengembangan produk Kriteria:
Bila ROI > Tingkat bunga umum (r)
berarti gagasan memiliki kelayakan financial, dan bila ROI < Tingkat bunga
umum (r) berarti gagasan tidak memiliki kelayakan finansial
Contoh:
CV. Alhambra dalam setahun berharap
memperoleh laba sebesar Rp.25.000.000, - dengan biaya operasional sebesar Rp.10.000.000,-
dan tingkat bunga umum (bank) 15%, maka dengan menggunakan rumus ROI sederhana,
diperoleh:
25.000.000
ROI = --------------- x 100% = 16,67%
150.000.000
ROI > r atau 16,67% > 15% berarti gagasan
tersebut memiliki kelayakan finansial.
2)
Kesesuaian operasi.
Khusus bagi perusahaan yang telah
berproduksi, suatu gagasan yang memiliki kelayakan finansial bukan berarti
dapat langsung dikembangkan. Apabila operasi dari produk yang akan dikembangkan
berbeda dengan produk yang sudah ada, akan berdampak pada aspek lain, misalnya
akan mengubah layout, menambah biaya dan sebagainya. Oleh karena, itu
pengembangan suatu gagasan tidak hanya ditentukan oleh kelayakan financial melainkan
pula oleh kesesuaian operasi.
3)
Potensi pasar.
Pengembangan suatu gagasan mengenai
produk harus ditentukan pula oleh potensi pasar dari produk tersebut. Oleh
karena bila potensi pasarnya belum jelas maka pengembangan produk tersebut perlu
dipertimbangkan kembali sampai potensi pasarnya jelas atau menguntungkan
perusahaan.
Untuk kepentingan pengembangan produk
tersebut, maka harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain:
a. Persaingan. Apakah
perusahaan pesaing juga telah melakukan pengembangan produknya? Kalau ya,
bagaimana bentuk pengembangan produknya?
b. Persediaan bahan,
baik bahan baku maupun bahan penolong. Apakah bahan baku dan bahan penolong
tersedia dalam jumlah yang cukup untuk jangka panjang atau justru sebaliknya?
c. Kualitas produksi
yang diinginkan. Apakah perusahaan akanmempertahankan kualitas produk ataukah
akan ada perbaikan kualitas?
d. Resiko teknik.
Apakah dengan pengembangan produk yang direncanakan berakibat pada proses
secara teknis, misalnya perlunya mesin atau peralatan yang baru atau tenaga
ahli yang baru?
e. Volume penjualan
yang diharapkan. Apakah dengan pengembangan produk dapat meningkatkan volume
penjualan atau apakah perusahaan sudah puas dengan volume penjualan yang telah
dicapai?
f. Strategi perusahaan.
Apakah perusahaan telah siap dengan strategi tertentu dalam upaya pengembagan
produk dan mempromosikannya, dalam bentuk yang bagaimana?
Faktor-faktor di atas harus mendapat
perhatian dari pihak perusahaan, agar rencana pengembangan produk benar-benar mendatangkan
keuntungan sesuai yang diharapkan dan bukan sebaliknya yang justru berakibat
perusahaan mengalami kerugian.
Dengan demikian, pengembangan produk
harus dilakukan dengan pertimbangan dan perhitungan rasional-ekonomis (motif
ekonomis), bukan hanya sekedar didorong oleh keinginan agar dianggap sebagai perusahaan
yang maju atau karena faktor prestise (motif psikologis)
c) Desain produk pendahuluan, bahwa sebelum
ditetapkan desain produk/jasa yang akan dikembangkan ada beberapa hal yang
harus dilakukan perusahaan/wirausaha yaitu:
1) Penentuan bentuk
serta fungsi produk baru yang akan diproduksi
2) Pemilihan bahan yang
akan digunakan dengan mempertimbangkan:
a. Kebutuhan jenis
(spesifikasi) produk atau bagian dari produk
b. Harga dari bahan
yang akan digunakan
c. Biaya pemrosesan
bahan atau biaya proses produksi.
3) Kesempatan diversifikasi.
Yaitu peluang untuk
menambah atau memperbanyak jenis produk yang akan dihasilkan.
Misalnya:
·
Dari hanya menghasilkan produk jasa
angkutan, ditambah dengan produk jasa cuci mobil/motor.
·
Dari hanya menghasilkan mesin pemotong
rumput, ditambah dengan menghasilkan pula mesin penggiling rumput untuk makanan
ternak.
·
Dan sebagainya.
Bila telah diputuskan produk mana yang
akan dikembangkan atau dihasilkan, maka tahap berikutnya adalah membuat desain
produk pendahuluan, yaitu desain dari produk-produk yang terpilih untuk dikembangkan
atau diproduksi. Desain produk pendahuluan yang kemudian dikembangkan ke dalam prototype-nya diperlukan agar sebelum
produk tersebut diproduksi, selain benar-benar sudah memenuhi standar yang
ditetapkan (baik standar bahan maupun standar kualitas), juga harus sesuai
dengan permintaan pasar/konsumen.
Ada tiga faktor yang harus dicantumkan
dalam desain produk pendahuluan ini, yaitu:
1) frekuensi kerusakan
komponen (reability),
2) kemudahan untuk
pemeliharaan dan perbaikan (maintainability),
3) umur produk.
d) Pengujian, yaitu dimaksudkan
untuk menguji apakah produk layak dikembangkan atau tidak, baik dilihat dari
potensi pasar atau konsumen maupun secara teknik dari produk tersebut.
e) Desain akhir, bahwa apabila
hasil pengujian produk tersebut layak untuk dikembangkan, maka dibuatlah disain
akhir. Bila dari pengujian ada perbaikan-perbaikan, maka sebelum diproduksi,
perlu dibuat prototype baru untuk diuji kembali sampai produk tersebut lolos
uji secara teknik maupun potensi pasar.
F. MENETAPKAN SKALA PRODUKSI.
Apabila
telah ditetapkan jenis produk yang akan dihasilkan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan skala produksi, yaitu meliputi:
a) Penetapan waktu,
yaitu kapan kegiatan proses produksi akan dilakukan
b) Penetapan kuantitas
produk, yaitu berupa jumlah (volume) produk yang akan dihasilkan.
c) Menghitung keperluan
biaya, yaitu berapa besar jumlah biaya yang dibutuhkan
d) Penetapan jumlah
tenaga kerja yang diperkerjakan.
e) Penetapan peralatan
apa saja yang akan digunakan.
f) Penetapan persediaan
bahan baku yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam
implemntasinya, perencanaan produksi setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Tahap-tahap
penetapan skala produksi
Ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan dalam menetapkan skala produksi, yaitu:
a) Routing, yaitu tahap menetapkan dan menentukan
urutan-urutan proses produksi dari hahan baku sampai menjadi barang jadi,
termasuk di dalam tahap ini adalah penyusunan alat-alat/fasilitas yang
diperlukan dalam proses produksi.
b) Scheduling, yaitu tahap
menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan operasi proses produksi, sebagai satu
kesatuan dari keseluruhan kegiatan produksi.
c) Dispaching, yaitu tahap
menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah untuk mulai melakukan kegiatan
proses produksi sesuai dengan routing dan scheduling.
d) Follow-up, yaitu tahap
menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan
mengkoordinasi seluruh perencanaan kegiatan proses produksi.
2) Prinsip-prinsip
yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan skala produksi :
Dalam menetapkan skala produksi, seorang
wirausaha atau manajer produksi harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Skala produksi harus
sesuai dengan tujuan perusahaan atau tujuan usaha, artinya jangan sampai tujuan
perusahaan harus diubah disesuaikan dengan skala produksi yang terlanjur telah
ditetapkan.
b) Memperhatikan
prinsip praktis dan kesederhanaan, artinya skala produksi harus mudah
dilaksanakan oleh siapa pun dan bersifat sederhana.
c) Skala usaha bermanfaat
dalam memberikan analisis dan klasifikasi mengenai kegiatan proses produksi.
3) Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam skala produksi.
Dalam menetapkan skala produksi,
perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Sifat
proses produksi
Telah diuraikan sebelumnya mengenai
perencanaan produksi. Apabila berbicara mengenai perencanaan produksi, maka
sekaligus juga membicarakan masalah pemilihan proses produksi, yaitu pemilihan
proses produksi antara proses produksi atas dasar pesanan (job order) dan produksi massal (mass
production).
a) Produksi atas dasar
pesanan (job order)
Jika perusahaan menggunakan proses
produksi atas dasar pesanan, maka baik spesifikasi (jenis) maupun jumlah
(kuantitas) produk didasarkan atas pesanan yang masuk sesuai dengan permintaan
pihak pemesan.
Produksi atas dasar pesanan memiliki ciri
utama:
1) Produk tidak dijual
secara bebas di pasar (given market) Produk hanya diproduksi dalam jumlah
terbatas atau sejumlah pesanan, sehingga tidak dijual secara bebas di pasar-pasar.
2) Perusahaan tidak
perlu mengadakan persediaan (zero inventory) Karena memproduksi sebanyak yang
dipesan, maka jumlah produksi selalu habis terjual. Oleh karena itu, perusahaan
tidak perlu memiliki persediaan, perusahaan baru akan memproduksi bila ada
pesanan dari pelanggan/ konsumen.
b) Produksi massa (mass production)
Jika perusahaan menggunakan proses
produksi massa, maka baik jenis maupun jumlah produksi tidak didasarkan atas
pesanan, melainkan atas apa yang diputuskan perusahaan. Biasanya didasarkan
atas pertimbangan volume produksi dan volume penjualan sebelumnya atau atas
dasar pertimbangan pihak-pihak tertentu (misalnya tenaga penjual, manajemen
perusahaan, ekspert atau pihak lainnya).
Produksi massa memiliki ciri utama:
1) Produk dihasilkan
dalam jumlah besar (produksi besar-besaran)
2) Tujuan produksi
adalah untuk menguasai pasar
3) Produk dijual di
pasar bebas (free market)
4) Variasi produk
kecil.
5) Harus ada persediaan
untuk memenuhi permintaan pada masa tunggu (lead
time)
Keputusan untuk memilih apakah perusahaan
akan melakukan proses produksi pesanan atau produksi massa, sangat tergantung
pada kemungkinan keuntungan yang akan diraih perusahaan, khususnya dilihat dari
penguasaan pasar. Untuk memilih proses produksi massa, maka perusahaan terlebih
dahulu perlu melakukan analisis pasar tentang situasi dan kondisi pasar
khususnya untuk melihat pesaing. Hal ini diperlukan untuk menyusun peramalan
penjualan, yaitu perkiraan tentang penjualan barang hasil produksi pada masa
yang akan datang.
Perusahaan dapat memilih salah satu atau
kombinasi dari kedua proses produksi tersebut, yaitu disamping menjalankan
proses produksi massa pada suatu lini produk tertentu perusahaan juga menerima pesanan
khusus (job order) untuk lini produk lainnya, khususnya bagi perusahaan yang
telah lama berkiprah atau telah memiliki pengalaman produksi dan penjualan.
Sedangkan, bagi perusahaan yang baru atau wirausaha baru melakukan produksi
atas dasar pesanan masih sulit dilakukan karena belum dikenal.
Contoh:
Perusahaan memproduksi secara massa
kemeja pria dewasa dengan ukuran umum S, M, dan L. Namun, perusahaan juga
memproduksi kemeja atas dasar pesanan, misalnya kemeja dengan desain khusus
sesuai permintaan konsumen, kemeja dengan ukuran extra, dan sebagainya.
2. Jenis
dan mutu produk yang akan diproduksi
Perusahaan perlu mempertimbangkan jenis
dan mutu produk yang akan diproduksi, yaitu:
(a) Sifat produk, apakah
termasuk barang habis pakai (undurable goods) atau apakah barang tahan lama (durable goods).
(b) Kegunaan produk,
apakah termasuk barang konsumsi (consumer’s goods) atau barang produksi (producer’s goods).
(c) Pembiayaan, apakah
produk tersebut tergantung pada biaya satuan atau biaya total.
(d) Sifat permintaan,
apakah produk tersebut diproduksi atas permintaan musiman atau rutin.
3. Pola/Kebijakan
Produksi
Pola produksi menyangkut masalah mengenai
pendistribusian produksi untuk masa produksi tertentu (biasanya satu tahun) ke
dalam periode yang lebih kecil (misalnya tengah tahunan, triwulan atau
bulanan).
Pola produksi diperlukan perusahaan yang
sering kali mengalami fluktuasi penjualan produk yang berakibat berfluktuasinya
persediaan awal dan persediaan akhir produk.
Ada tiga macam pola/kebijakan produksi
yang dikenal, yaitu:
a)
Pola produksi
konstan.
Yaitu distribusi produk dari tahunan ke
bulanan yang relatif sama besar (konstan) setiap bulannya. Dengan pola seperti
ini, maka akan terdapat atau terjadi persediaan. Dengan adanya persediaan, maka
kekurangan dan kelebihan penjualan akan diseimbangkan oleh kelebihan dan kekurangan
persediaan yang dimiliki.
Contoh:
· Jumlah produksi
setiap bulan sebanyak 1.500 unit.
· Misalnya, Bulan Juni
terjual sebanyak 1.350 unit, berarti perusahaan memiliki persediaan sebanyak
150 unit.
· Bulan Juli
perusahaan mampu menjual sebanyak 1.600 unit, padahal perusahaan hanya
memproduksi sebanyak 1.500 unit. Kekurangan barang produksi ditutupi atau
diseimbangkan dari persediaan bulan sebelumnya (150 unit), berarti perusahaan
masih memiliki persediaan sebanyak 50 unit.
· Dan seterusnya,
kekurangan atau kelebihan barang penjualan diseimbangkan oleh kelebihan atau
kekurangan persediaan, kecuali untuk keadaan tertentu, misalnya saat terjadi
permintaan besarbesaran.
b)
Pola produksi
bergelombang.
Yaitu distribusi produk tahunan ke
bulanan, dengan jumlah produksi dari bulan ke bulan tidak sama besar tergantung
pada besar kecilnya penjualan. Dengan pola produksi demikian, maka di samping
jumlah produk yang diproduksi akan naik turun, juga berakibat pada kondisi persediaan
relatif stabil. Bila penjualan naik maka produksi akan naik pula. Sedangkan,
bila penjualan turun maka produksi akan turun pula.
Contoh:
· Misalnya jumlah
produksi suatu perusahaan sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak 100
unit.
· Bulan Juni
diperkirakan penjualan sebanyak 1.800 unit, maka perusahaan akan memproduksi
sebanyak 1.800 unit.
· Bulan Juli
diperkirakan penjualan sebanyak 1.600 unit, maka perusahaan akan memproduksi
sebanyak 1.600 unit.
· Dengan demikian,
maka persediaan akan relatif stabil = 100 unit.
c)
Pola produksi
moderat.
Yaitu distrubusi produk tahunan ke
bulanan, dengan jumlah produksi dan persediaan yang berubah-ubah tergantung
pada naik turunnya penjualan. Artinya, naik turunnya penjualan akan berakibat
langsung pada naik turunnya baik produksi maupun persediaan.
Contoh:
· Misalnya, jumlah
produksi suatu perusahaan sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak 100
unit.
· Bulan Juni produksi
sebanyak 1.600 unit dan penjualan sebanyak 1.400 unit, maka persediaan menjadi
300 unit. (1.600 + 100 – 1.400 = 300 unit)
· Bulan Juli produksi
sebanyak 1.300 unit dan penjualan sebanyak 1.000 unit, maka persediaan menjadi
600 unit. (1.300 + 300 – 1.000 = 600 unit).
· Dan seterusnya,
seperti di atas. Jumlah produksi dan persediaan tidak stabil atau berfluktuasi
seiring dengan fluktuasi penjualan.
Dari ketiga pola atau kebijakan produksi
di atas, kebijakan atau pola produksi konstan memiliki keunggulan karena pola
produksi konstan atau stabil ini memiliki 3 keuntungan, yaitu:
(a)
Penggunaan fasilitas
pabrik yang lebih baik:
·
Mengurangi kapasitas yang diperlukan
untuk musim ramai
·
Menghindari kapasitas menganggur pada
saat musim sepi
(b)
Stabilitas tenaga
kerja:
·
Memperbaiki moral dan meningkatkan
efisiensi tenaga kerja
·
Mengurangi perputaran tenaga kerja
·
Menarik tenaga kerja yang lebih terampil
dan berpengalaman
·
Mengurangi biaya latihan tenaga kerja
baru
(c)
Pembelian bahan baku
yang lebih ekonomis sebagai akibat:
· Tersedianya bahan
baku secara merata
· Diperolehnya
potongan pembelian
· Kebutuhan modal yang
merata
· Penyederhanaan
masalah penyimpanan
· Mengurangi risiko
persediaan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Proses
perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk secara
formal disetujui, sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang
yang lebih besar dibentuk. Perencanaan produk merupakan suatu kejadian yang
mempertimbangkan portofolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat
mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode
tertentu. Kegiatan
perencanaan produk menjamin bahwa proyek pengembangan produk mendukung strategi
bisnis perusahaan yang lebih luas dan menentukan:
- Proyek-proyek pengembangan produk apa yang akan dilakukan.
- Kombinasi pengembangan produk (produk baru, produk platform, atau produk turunan).
- Keterkaitan antar proyek dalam suatu portofolio.
- Waktu dan urutan proyek.
Setiap
proyek terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini harus
mengetahui misi proyek sebelum dimulai pengembangan. Misi setiap proyek seharusnya
memuat:
a. Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk
merancang dan mengembangkan produk.
b.
Teknologi yang digunakan.
c.
Target proyek secara finansial.
d.
Anggaran dan deadline proyek.
DAFTAR PUSTAKA
Dilworth,
James B. 1992. Operations Management: Design, Planning, and Control for
Manufacturing and Services. McGraw Hill.
Fogarty,
Hoffmann, dan Stonebroker. 1989. Production and Operations management.
South-Western Publishing.
Manahan P.Tampubolon, 2004, Manajemen Operasional, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Manullang, 1971, Dasar-Dasar Manajemen, CV
Amanlaham, Medan
Murdifin
Haming dan Mahfud Nurjamuddin. 2011, Manajemen Produksi Modern, Bumi Aksara
edisi kedua