KATA
PENGANTAR
Alham
dulilah segala puji syukur kita hanturkan kepada allah SWT semesta alam, yang
telah memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan aktifitas
dengan segalam manfaat yang ada, yang telah memberikan kita kecerdasan dalam berfikir,
sehingga dengan kecerdasan itu kita dafat menyusun makalah ini hinga makalah
ini dapat dibaca. Memberikan karya-karya terbaik kita untuk agama, bangsa dan
tanah air. Shalawat serta salam tak lupa kita hanturkan kepada junjungan kita
nabi muhamad SWA beserta keuarganya, sahabatnya, dan orang-orangn yang selalu
istiqomah.
Dengan selesainya makala ini, kami
mengucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Benkulu,
11 juni 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
dimasa
ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang dianut oleh
masyarakat kita . semua itu terjadi bukan karena beragamnya islam sendiri tapi
beragamnya pengertian islam dari berbagai penganutnya.
Setiap
pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga sehinga menyebabkan fanatisme
yang berlebih untuk membelah apa yang mereka yakini. Tak hanya itu, sering
terjadi perselisihan antara pengikut paham lainya. Pengetahuan tentang
paham-paham yang beredar di Indonesia umumnya ataupun disekeliling kita.
Perlahan
tapi pasti hanya keimanan dan ketakwaan yang mamfu menyelamatkan kita dan mampu
membawah kita bertemu dengan zat yang selalu kita harapkan untuk bertemu
dengan-nya.
hal-hal yang akan di bahas dalam makalah ini
ialah bagaimana seluk beluk dari paham jabariah itu sendiri?
dapat
memahami paham jabariyah dan menyebutkan pemikiran teologinya, dapat memahami
paham jabariyah dan menyebutkan aliran-aliranya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
munculnya jabariyah
Kata jabariyah berasal dari kata jabarah yang berarti memaksa. Jabariyah berasal dari kata
jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskanya melakukan sesuatu. Kalau
dikatakan, alllah mempunyai sipat-sipat aljabar (dalam bentuk mubalaqhal), itu
artinya allah maha memaksa . ungkapan insane majbur (bentuk isim maf’ul)
mempunyai arti bahwa manusia dipaksa untuk terpaksa. Selanjudnya, kata jabara
(bentuk pertama) memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme). Dalam bahasa
inggris, jabariyah disebut fatalism atau predisnation. Dalam kamus jhon. M
.echos, pengertian fatalism adalah kepercayaan bahwa nabi menguasai
segala-galanya sedangka predisnation adalah takdir.[1]
Secara makna secara umum adalah bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh qodo dan qodar tuhan.
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini
diduga telah ada sejak sebelum agama islam datang kemasyarakat arab. Kehidupan
bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh
besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan
mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bias
berbuat apa-apa, dan menyebabkan mereka semata-mata tunduk dan patu kepada
kehendak tuhan.[2]
Dalam dunia yang demikian, mereka tidak banyak melihat jalan untuk merubah
keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keiginan mereka sendiri. Mereka merasa
dirinya lemah dan tidak berkuasa dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan hidup
yang ditimbulkan suasana padang pasir. Dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
banyak tergantung pada kehendak nature. Hal ini membawa mereka pada sekap
patalistis.[3]
Paham al-jabar, kelihatanya titonjolkan buat
yang pertama kali dalam sejarah teologi islam oleh al-ja’d ibn dirham. Tetapi
yang menyiarkanya adalah jahm ibn safwan dari khurasan. Jham yang terdafat
dalam aliran jabariyah sama dengan jhm yang mendirikan golongan al-jahmiyah
dalam kalangan murji’ah sebagai sekretaris darisyuraih ibn al-harits, ia turut
dalam gerakan melawan dalam kekuasan bani ummayah. Dalam perlawanan itu jahm sendiri
dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh ditahan 131 H.[4]
Sebenarnya benih –benih faham al-jabar sudah
muncul jauh sebelum kedua tokoh diatas . benih-benih itu terlihat dalam
peristiwa sejarah berikut ini. Suatu ketika nabi menjumpai sahabatnya yang
sedang bertengkar dalam masalah taqdir tuhan. Nabi melarang mereka untuk
memperdebtkan persoalan tersebut , agar terhindar dari kekeliruan penafsiran
tentang ayat-ayat tuhan mengenai taqdir.
Khalipa umar bin hatab pernah menangkap seorang
yang ketauaan mencuri. Ketika diintrerograsi, pencuri itu berkata, tuhan telah
menentukan aku mencuri mendengar ucapan itu, umar marah sekali dan mengangap
orang itu telah berdusta kepada tuhan. Oleh kerena Itu, umar memberikan dua jenis
hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukumaan potong tangan karena mencuri,
kedua hukuman dera karena mengunakan dalil takdir tuhan.
Khalipah ali bin abu thalib sesuai perang
siffin ditanya oleh seorang tua karena kadar ketentuan tuhan dalam kaitanya
dengan pahala dan siksa. Orang tua itu bertanya, bila perjalanaan menuju perang
siffin itu terjadi dengan qoda dan qodar tuhan , tak ada pahala sebagai
balasanya. Ali menjelaskan bahwa qadha dan qadar bukanlah paaksaan tuhan. Ada
pahala dan siksa sebagai balsan amal perbuatan manusia. Sekiranya qadha dan
qadar itu merupakan paksaan, batallah pahala dan siksa, gugur pula makna janji
dan ancaman tuhan , serta ada celaan allah atas pelaku dosa dan pujianya bagi
orang-orang yang baik.
Pada pemerintah bani umayah. Pandangan tentang
aljahar semakin mencuat kepermukaan . abdulah bin abas, melalui suratnya
memberikan reyaksi keras kepada penduduk syiriyah yang diduga berpaham
jabariyah.[5]
Paparan diatas telah memberikan bahwa
benih-benih faham-faham jabariyah telah lahir semenjak rasullah masih hidup dan
berkembang semakin komplek setelah beliau wafat bahkan ketika pemerintahan umar
dan ali meluas hingga masa kekuasaan bani umayah.
Berkaitan dengan munculnya aliran jabariyah,
ada yang mengatakan bahwa kemunculanya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran
asing, yaitu pengaruh agama yahudi bermazhab qurra dan agama Kristen bermazhab
yacobit.[6]
Namun, tampa pengaruh asing itu, faham aljabar akan muncul juga dikalangan umat
islam. Didalam alquran sendiri terdapat ayat-ayat yang dafat menimbulkan faham
ini, misalnya.
(QS
al-an’am 6:11)
Artinya: kalau sekiranya kami turunkan malaikat
kepada mereka, dan orang-orang yang dengan mereka dan kami kumpulkan (pula)
segala sesuatu kehadapan mereka (498), niscaya mereka tidak (juga) akan beriman
kecuali jika allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(Q.S. al-anfal 8:17)
17. Maka (yang
sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh
mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah
yang melempar. (Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.
(Q.S al-insan 76:30)
artinya: dan kamu tidak mampu (menempu jalan
itu), kecuali bila dikehendaki allah . sesungguhnya allah maha mengetahui lagi
maha bijaksana.
B. Para pemuka dan dokrin aliran jabariyah
Sebelum membahas lebih jauh tentang pemuka dan
dokrin jabariyah, maka perlu dipahami dengan saksama , jika terdapat beberapa
penggolongan tentang aliran- aliran dalam islam, sebagaimana yang dikutif oleh
hanafi dalam bukunya as-syihritsani. pengolongan
tersebut sebagai berikut:
1. sifat-sifat
tuhan dan pen-Esaan sifat. Perselisian tentang pokok persoalan ini menimbulkan
aliran-aliran asy-ariyah, karamiyah, mujasimah, dan mu’tazilah.
2. Qadar
dan keadaan tuhan. Perselisian tentang soal ini menimbulkan golongan-qolongan
qodariyah, nijariyah, jabariyah.
3. Sama,
dan akal (maksudnya apakah kebaikan dan keburukan hanya diterima dari syarah,
atau dapat dikemukakan akal pikiran), keutamaan nabi dan imamah (khalifah).
Persoalaan ini menimbulkan aliran:syiah khawarij, mu’tazilah, karramah dan
asy’ariyah, [7]dari
pergolongan beberapa aliran tersebut, jabariyah masuk pada ranah pembahasan
qadar, untuk lebih memahamkan bagaimana jabariyah memandang qadar, maka akan
tersajikan pada pembahasan dibawah ini serta para pemuka kedua golongan
tersebut adalah:
Ø
Jahm bin
shafwan
Nama
lengkapnya adalah abu mahrus jahm bin safwan, ia berasal dari khurasan,
bertempat tingal di kupah: ia seorang da’I yang pasih dan lincah (otrator): ia
menjabat sebagai sekretaris harits bin surais, seorang mawali yang menentang
pemerintah bani umayah di khurasan.
Adapun
dokrin jham tentang hal-hal yang berkaitan dengan teologi adalah:
1. Manusia
tidak mamfu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat jahm tentang
keterpaksaan ini lebih terkenal disbanding dengan pendafatnya surge dan neraka,
konsep iman, kalam tuhan, meniadakan sifat tuhan, dan melihat tuhan diakhirat.
2. Iman
adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama
dengan konsep iman yang diajukan kaum murjiah.
3. Kalam
tuhan adalah mahluk al-quran adalah mahluk yang dibuat sebagai suatu yang baru
(hadis). Adafun pahamnya tentang melihat tuhan, jahm berpendafat bahwa, tuhan
sekali-kali tidak mungkin dapat dilihat
manusia di akhirat kelak.
4. Surge dan
neraka tidak kekal. Tentang keberadaan surge neraka, setelah manusia
mendapatkan balasan di dalamnya, akhirnya lenyaplah surge dan neraka itu. Dari
pandangan ini nampaknya jahm dengan tegas mengatakan bahwa, suga dan neraka
adalah suatu tempat yang tidak kekal.[8]
Ø
Ja’ad
bin dirham
Al-ja’d adalah seorang maulana bani hakim,
tinggal didamaskus, ia dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang senag
membicarakan teologi. Semula ia dipercaya untuk mengajar dilingkungan
pemerintah, bani umayah menolak. Kemudian al-jaat lari kekufah dan disana ia
bertemu dengan jahm, serta mentransfer pikiranya kepada jahm untuk dikembangkan
dan disebatkan.
Dokrin
pokok ja’ad secara umum sama ddengan jahm, yaitu:
1) Al-quran
itu adalah mahluk, oleh karena itu dia baru sesuatu yang baru itu tidak dapat
disifatkan kepada allah.
2) Alah
tidak memiliki sifat yang serupa dengan mahlukya, seperti berbicara, melihat,
dan mengegar.
3) Manusia
terpaksa oleh allah dalam segala-galanya.[9]
Kedua tokoh diatas termasuk pada golongan jabariyah
aksterim, dan adapun perbedaan yang paling siknipikan dari kedua golongan
tersebut terletak pada pendapat tentang perbuatan manusia itu. Kelompok ekstrim
memandang bahwa manusia mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan
tidak mempunyai pilihan, manusi dalam perbuatan-perbuatanya adalah dipaksa
dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.[10]
Sedangkan menurut kaum moderen, tuhan memang menciptakan perbuatan manusia,
baik perbuatan jahat maupun baik, tetapi manusia mempunyai efek untuk
mewujidkan perbuatanya.
Yang termasuk pemuka jabariyah moderat adalah:
a) An-najar
Nama lengkapnya adalah Husain bin muhamad
an-najjar (wafat) 230 H para pengikutnya disebut an-najjariyah atau
al-husainiyah. Diantara pendafat-pendaftnya adalah:
1) Tidak
semua perbuatan manusia bergantung kepada tuhan secara mutlak artinya tuhan lah
yang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan itu positif maupun negative.
Tetapi dalam melakukan perbuatan itu, manusia mempunyai andil. Daya yang
diciptakan dalam diri manusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang diproleh
untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang disebut dengan
kasb/acquisition.[11]
2) Tuhan
tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, an-najjar menyatakan bahwa tuhan
dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat
melihat tuhan.[12]
b) Adh-dhirar
Nama lengkapnya adalah dhirar bin amr.
Pendapatnya tentang perbuatanya sama degengan husein an-najjar, yakni bahwa
manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang, manusia mempunyai
bagian dalam perwujudan perbuatanya dan tidak semata-mata dipaksa dalam
melakukan perbuatanya. Secara tegas, dhirar mengatakan bahwa satu perbuatan
dapat ditimbulakan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia
tidak hanya ditimbulkan oleh tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.
Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatanya.
C. Analisis tentang jabariyah
penjelasan
yang tidak sedikitmengenai jabariyah diatas, memunculkan inspirsi untuk
membicarakan jabariyah lebih dalam lagi. Hal pertama yang akan menjadi focus
utama pembicaraan adalah mengenai iktiqal jabariyah tentang penyerahan
totalitas dalam qada dan qadar kepada tuhan.
Apakah
buruknya orang yang berpegang kepada iqtiqal jabariyah ini? Secara tidak
langsung, dalam iqtikal ini mereka telah menuduh allah. Tanpa kesadaran, dia
telah menuduh allah, seolah-oleh dia itu jahat dan zalim. Kepada umatnya.
Umpamanya, kalau seorang itu miskin dan kemudian dia menqiktikalkan bahwa
manusia ini tidak ada usaha dan ikhtiar, karena miskin itu sudah ditentukan
kepada sudah ditentukan kepada dirinya oleh qada dan qhadar tuhan, dan manusia
ini terpaksa tunduk saja kepada kuasa-nya, maka seolah-olah telah menuduh bahwa
alllah hal yang telah memiskinkan dia, atau allah lah yang telah menyusahkan
dia. Dia tidak ada usaha dan ikhtiar untuk terlepas dari kemiskinan dan
kesusahan tersebut.[13]
Apakah
bukti bahwa kebanyakan manusia ini berpegang kepada iqtikad jabariyah dari segi
sikap, perbuatan dan tuturkatanya walaupun ia mengkaji dan kitabnya adalah
kitab dan pelajaran ahli sunah waljamaah?
Itu
membuktikanya, coba kita Tanya seseorang yang ditimpa kemiskinyan tentang
megapa dia miskin, nanti dia akan menjawab, apa boleh buat, sudah taqdir allah”
artinya, dia telah menuduh allah memiskankanya. Semua manusia telah terjebak
kepada jabariyah. Padahal dia belajar iqtikal ahli sunnah wal jamaah.
Tepapi dari kata-katanya, dia telah menunjukan
seolah-olah tidak ada pilihan untuk dirinya. Artinya, apa saja yang telah
menimpa dirinya, itulah yang telah ditentukan oleh allah.Akan tetapi
keseimbangan dari analisis diatas, bahwa mempercayai takdir tidak identik
dengan mempercayai paham jabariyah, semuanya akan menjadi demikian itu hanya
apabilah kita tidak memberikan perana apapun kepada manusia dalam menciptakan
perilakunya sendiri, yakni dengan menyerahkan bulat-bulat kepada taqdir.
Padahal sunguh tak dapat diterima apabilah kita mengatakan bahwa allah SWT
melakukan segala sesuatu tanpa perantara.
Qadha
dan qadar tidak memiliki arti lain kecuali terbinanya system sebab akibat umum
atas dasar pengetahuan dan kehendak ilahi. Diantara konsekuensi penerimaan
teorikausal dan kemestian terjadinya akibat pada saat adanya penyebab, serta keaslian hubungan antar
keduanya, ialah bahwa kita harus mengatakan bahwa nabi setiap yang telah
terjadi berkaitan dengan sebab-sebab yang mendahuluinya.
Dari
makna ini, kita berani mengatakan bahwa ucapan yang menyebutkan bahwa
kepercayaan jabariyah berasal dari kepercayaan kepada qadha dan qodar ilahi,
sunguh merupakan puncak kebodohan. Oleh sebab itu, wajiblah kita menyangah
kepercayaan seperti ini agar terlepas dari kesimpulan tersebut.
Pandangan
sekilas tentang indikasi-indikasi paham jabariyah, merupajkan repleksi dari kehidupan
manusia yang secara langsung maupun tidak langsung. Sengaja ataupun tidak
berpulang kepada tawakal atau kepasrahan kepada tuhanya. Hal ini menimbulkan
ketenangan tersendiri setelah adanya usaha ataupun iktiar yang dilakukan oleh
seorang hamba.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulas
sebagai berikut:
Paham jabariyah adalah menghilankan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyadarkan perbuatan tersebut kepada allah SWT.
Took pemikiran adalah al-ja’ad ibn dirham. Aliran jabariyah ini menganut paham
bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan
perbuatanya itu dalam keadaan terpaksa. Jabariyah nampaknya memperlihatkan
paham yang saling bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada
al-quran. Hal ini menunjukan betapa terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat
dalm islam.
B. Saran
setelah membaca makala ini diharapkan agar
mahasiswa dapat mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran islam. Dan
bahwasanya setiap paham itu memilikim dalil tersendiri dari al-quran. Sehinga
diharapkan kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu
semata-mata hanyalah karena perbrdaan pemahaman dalam menafsirkan al-quran.
DAFTAR PUSTAKA
Echol, M jhon. 2006. Kamus inggris Indonesia.
Pt gramedia, Jakarta
Nata, Abuddin. 1995. Ilmu kalam. Pt raja
grapindo persada, Jakarta
Nasution, harun. 1986. Teologi islam aliran-aliran
sejarah analisa perbandingan. Uin press, Jakarta
Nasir, A sahiludin. 1991. Pengantar
ilmukalam, raja wali, Jakarta
Anwar, rosihon. 1997. Ilmu kalam, pt raja grapindo, bandung
Hanafi, muhamad. 1992. Teologi islam,
pustaka al-husna, Jakarta
Thakhir, taib. 1980. Ilmu kalam.
Penerbit wijaya, Jakarta
Nasir, sahilun A. 1994. Pengantar ilmu kalam,
raja grapindo persada, Jakarta
[1] Jhon
M. echols, kamus inggris Indonesia, (cet, xxviii, Jakarta:gramedia,2006), hlm.
234 dan 443.
[2] Abudin
nata, M.A, ilmu kalam, filsafat , dan tahsauf , (Jakarta: PT raja grafindo
persada,1995), hm 40
[3] Harun
nasution, teologi islam aliran-aliran sejarah anaisa sejarah aliran analisa
perbandingan , (cet, V, Jakarta: UI
press , 1986), hlm 32.
[4] Harun
nasution, teologi islam aliran-aliran sejarah analisa perbandingan , (cet, V
Jakarta :UI press, 19986) hlm 32.
[5] Ibid
hlm 33
[6]
Rosihon anwar, ilmu kalam …..hlm 4-65
[7] Rosihon
anwar, ilmu kalam ….hlm67
[8] M.
hanafi, theology islam, (jhakarta:pustaka al-husna,1992), hlm.58.
[9]
Harun nasution, teologi islam….hlm 34
[10]
Opcit hlm 68
[11]
Sahilun nasir A, pengantar ilmukalam. (Jakarta: raja grafindo persada. 1994)
[12]
ibid
[13]
ibid
If you're looking to lose weight then you certainly need to start following this totally brand new personalized keto meal plan.
BalasHapusTo produce this keto diet service, licensed nutritionists, fitness couches, and cooks united to produce keto meal plans that are productive, decent, money-efficient, and delightful.
Since their launch in January 2019, thousands of individuals have already transformed their figure and well-being with the benefits a professional keto meal plan can give.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-certified ones offered by the keto meal plan.